Asyiknya ngeblogg bersama forkom matabuka di gedung LIPI.
Pada hari jumat tanggal 05 november 2010, kami dengan para tim inovator muda dari berbagai daerah berkumpul bersama di gedung LIPI untuk mengikuti kegiatan dari forkom matabuka (forum komunikasi masyarakat pencinta terumbu karang).
Melalui kegiatan ini banyak hal yang kami dapatkan diantaranya cara memanfaatkan blogger dengan baik, dengan demikian kami bisa memanfaatkannya sebagai wadah untuk menyampaikan informasi tentang terumbu karang.
Pada kegiatan ini kami di ajar oleh pemateri yang handal yakni kak Koko, dan kak Estra yang dipandu oleh pak Fidel. Melalui kegiatan ini kami di ajak untuk mampu mengaplikasikan materi yang telah di pelajari, hal ini memang sangat susah karena pengalaman kami untuk membuat blogger sangat minim tetapi kami sangat bersyukur karena kami dituntun dengan penuh rasa kasih sayang, sehingga walaupun susah dan melelahkan tapi kami mampu melakukannya. Terima kasih ya......buat kak Koko, kak Estra, dan crew/panitia KIM-5 yang boleh memberi waktunya untuk mengajarkan bagaimana cara ngeblogg dengan memberikan pemanfaatan kepada orang lain.
Kegiatan berikutnya kami para peserta daerah diberi kesempatan untuk mempresentasikan makalah kami masing-masing. Pada kesempatan pertama dalam memaparkan makalah, kami dari SMA SANTO PAULUS MANOKWARI PAPUA BARAT diberi kesempatan pertama untuk memaparkan makalah kami dengan judul Upaya Yang di Lakukan Siswa Dalam Melestarikan Terumbu Karang Sebagai Salah Satu Modal Wisata Bahari di Pulau Mansinam Manokwari, Papua Barat. Setelah selesai pemaparan makalah kami, kami mendapat banyak kritik dan saran namun semua itu kami menerima dengan penuh rasa suka cita, guna menunjang kedepannya. Selanjutnya kesempatan pemaparan makalah diberkan kepada para peserta daerah yang lain, sampai semua peserta dapat presentasikan makalahnya masing-masing.
Dari keseluruhan kegiatan yang telah kita lakukan pada hari ini, kita bisa memetik hal-hal yang positif, contohnya cara ngebuat blogger, membagikan informasi tentang terumbu karang kepada orang lain, cara berpesentasi dengan baik, pembuatan makalah dengan baik dengan memperhatikan langkah-langkahnya, cara berpresentasi cepat, dan banyak lagi yang kita dapat dalam mengikuti kegiatan pada hari ini.
PARA PECINTA TERUMBU KARANG - MANOKWARI
" .... Terumbu Karang Masa Depan Anak Cucu Kita .... "
Jumat, 05 November 2010
Kamis, 04 November 2010
Jadikan Terumbu Karang Sebagai Benteng Kehidupan Kita
Indoesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai jenis karang yang ada di dalam laut. Terumbu karang juga sangat penting bagi biota-biota yang hidup di dasar laut. Terumbu karang juga merupakan benteng yang sangat penting bagi organisme lainnya di laut.
Dari sabang sampai merauke sebagian besar di kelilingi oleh terumbu karang. Terumbu karang ini membutuhkan tempat tinggal yang bagus, sama seperti kita manusia yang harus membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal.
Adapun syarat-syarat pertumbuhan karang, kriterianya adalah perairan dangkal, suhu air laut, kandungan salinitas, air yang jernih, namun yang lebih penting adalah Intensitas cahaya matahari, karena intensitas cahaya matahari berperan besar di dalam laut. karena tanpa intensitas cahaya matahari organisme yang ada di dalam laut tidak dapat berfotosintesis.
Di Indonesia terdapat 3 tipe terumbu karang, yaitu karang tepi ( fringing coral ), karang penghalang ( barier coral ), dan karang cincin ( atol ). Berdasarkan letaknya karang tepi ( fringing coral ) berada di dekat daratan, karang penghalang ( barier coral ) berada di sejajar garis tepi sedangkan karang cincin ( atol ) berada di sekeliling gunung berapi. Di indonesia terdapat berbagi jenis karang yang indah. Namun, karena tangan-tangan jail masyarakat setempat yang menggunakan bahan peledak, racun sianida, menggunakan karang batu sebagai bahan bangunan, dan membuang jangkar kapal, sehingga membuat terumbu karang menjadi rusak. Oleh karena itu di butuhkan peran dari pihak/instansi terkait seperti CORMAP yang bertugas untuk melindungi dan menjaga terumbu karang.
Selain itu juga terdapat potensi dan manfaatnya, salah satunya adalah ekologi, adanya terumbu karang sebagai tempat tinggal ikan-ikan yang bernilai tinggi. Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita harus melestarikan terumbu karang, agar terumbu karang tidak menjadi punah. Sebab terumbu karang indah ikan meruah dan siapa yang tidak suka...
Jadi, "mari kita lestarikan terumbu karang sekarang agar generas-generasi yang akan datang bisa merasakannya juga"
INDAHNYA TERUMBU KARANG KU
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting bagi organism lainnya di laut ,untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang maka perlu diadakan pendekatan kawasan kopservasi laut yang berfungsi untuk memilihara sumber induk agar jumlah dan ukurannya bisa meningkat sehingga produksi dari hasil spawning ( pemijahan ) akan lebih baik dan melimpah.
Kalau kitorang punya terumbu karang indah dan bersih,kitorang tidak akan cari ikan jauh-jauh dan tidak mengeluarkan biaya yang sangat besar. Dulu kitorang punya orang tua mengambil terumbu karang dan menjadikan kapur makan pinang dan juga menghacurkan terumbu karang dan mengambil kima yang melekat atau tersisip di dalam terumbu karang.
Mulai sekarang kitorang anak-anak pelajar dari papua sudah tau apa penting terumbu karang, mari kitorang harus memberikan pemahaman kepada kitorang punya masyarakat papua yangtinggal di pesisir belum tau tentang fungsi dari ekosistem terumbu karang dengan cara sosialisasi dan menceritakan fungsi terumbu karang
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1992. Strategi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Proseding seminar Kelautan. KMNKLH. Jakarta. Hal 35-38.
Anonimous, 2001. Petunjuk Teknis Transplantasi Karang. Dirjen Pengembangan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.
Bachtiar, 2001. Pengelolaan Terumbu Karang. Pusat Kajian Kelautan, Universitas Mataram. NTB.
Dahuri Rokhmin. 2004. Pedoman Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya paramita. Jakarata.
Deselina, M.W. Kaleka. 2004. Transplantasi Karang Batu Marga Acropora Pada Substrat Buatan di Perairan Tablolong. Kupang. (Makalah Program S3).
Gayatri Liley. 1998. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat. Makalah Konverensi nasional I: Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan Indonesia, IPB Bogor.
Lindahl, Clark, S., Edward, J. 1998. Coral Transplatation: A Usefull Management Toolor Misguided. Marine Pollution Bulletin
Nybakken, James. W. 1986. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta. Hal. 323-363
Romimohtarto,K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.Puslitbang Oseanologi LlPI. Jakarta. 527 h.
Sadarun. 1999. Transplantasi Karang Batu di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Institut Pertanian Bogor
Soekarno, 2006 Teknik Transplantasi Karang Seharusnya Disesuaikan dengan Tujuannya CRITC-COREMAP-LIPI. http://www.coremap.co.id
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpilkan beberapa hal yaitu :
1. Kondisi lingkungan tempat dilakukan transplantasi karang sangat mendukung dalam keberlangsungan hidup karang karena semuanya masih dalam kondisi yang dapat ditoleran oleh karang untuk bertumbuh dengan baik.
2. Tingkat ketahanan hidup karang semuanya dalam kondisi yang baik yakni berkisar antara 87% - 100%, dimana karang spesies Acrophora digitifera mencapai 100% ini berarti bahwa jenis karang ini dapat bertahan hidup sangat baik pada perairan tempat dilakukan transplantasi karena koloni karangnya besar begitupun untuk spesies Acrophora loisetteae mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan tempat dilakukannya transplantasi.
3. Jumlah percabangan/tunas pada spesies karang Acrophora digitifera yaitu 8 cabang/tunas apada stasiun I dan 4 cabang atau tunas pada stasiun II dengan panjang cabang atau tunas berkisar antara 1,5 – 2,5 cm sedangkan Acrophora loisetteae sebanyak 3 cabang/tunas pada stasiun I dan 6 cabang/tunas pada stasiun II dengan panjang cabang/tunas berkisar antara 3,5 – 5 cm.
4. Pertambahan panjang karang untuk spesie Acrophora digitifera pada pengamatan 2 minggu pertama berkisar antara 5,7 – 6 cm sedangkan pada pengamatan 2 minggu ke dua berkisar antara 6,5 – 7,5 cm. untuk spesies karang Acrophora loisetteae berkisar antara 6,8 cm pada pengamatan 2 minggu pertama sedangkan pada pengamatan 2 minggu kedua berkisar antara 8,5 – 10 cm.
5. Strategi pengelolaan yang akan dilakukan di pulau mansinam berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lokasi secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang.
b. Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini.
c. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
6. Berdasarkan hasil temuan dilokasi penelitian masyarakat tentang ekosistem terumbu karang baik, namun kurang sadar melakukan usaha penyalamatan ekosistem terumbu karang, oleh karena itu sangat perlu untuk diadakan penyuluhan tentang pentingnya peranan ekosistem terumbu karang didalam perairan laut.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat diberikan :
1. Untuk mendapatkan hasil transplantasi karang yang maksimal maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya.
2. Transplantasi karang merupakan salah satu cara untuk merahabilitasi ekosistem karang yang telah mengalami degradasi, oleh karena itu perlu adanya kerjasama dengan pihak/instansi terkait dan juga masyarakat setempat.
HASIL YANG DICAPAI
Kondisi Lingkungan Perairan yang Terukur
No. | Kondisi Lingkungan yang Terukur | Stasiun Pengamatan | |||||
Pengamatan Pukul 11.30 WIT | Pengamatan Pukul 15.30 WIT | ||||||
I | II | I | II | ||||
1 | Kecerahan | 2 m | 2,5 m | 2 m | 2,5 m | ||
2 | Kecepatan | 0,1028 m/s | 0,1064 m/s | 0,0052 m/s | 0,008 m/s | ||
3 | Suhu Perairan | 29 0C | 30 0C | 31 0C | 32 0C | ||
| Salinitas | 31 ppt | 31,5 ppt | 32 ppt | 32,5 ppt |
Kondisi Lingkungan Perairan yang Terukur
Ketahanan Hidup
No. | Jenis Substrat | Spesies Karang | Tingkat Ketahanan Hidup (%) | |
Stasiun I | Stasiun II | |||
1 | Substrat Buatan (Beton) | Acrophora digitifera | 100 | 100 |
2 | Acrophora loisetteae | 87 | 90 |
Tabel 3. Tingkat Ketahanan Hidup Karang yang di Transplantasi.
Jumlah Percabangan atau Pertunasan
No | Spesies Karang yang di Transplantasi | Banyaknya Cabang/Tunas | Panjang Cabang/Tunas (cm) | Diameter Koloni (cm) | |||
ST. I | ST. II | ST. I | ST. II | ST. I | ST. II | ||
1 | Acrophora digitifera | 8 | 4 | 2,5 | 1,5 | 10 | 5 |
2 | Acrophora loisetteae | 3 | 6 | 3,5 | 5 | 3 | 4 |
Tabel 4. Pertambahan Panjang Percabangan atau Pertunasan karang yang ditransplantsaikan
No | Spesies Karang yang di Transplantasi | Banyaknya Cabang/Tunas | Panjang Cabang/Tunas (cm) | Diameter Koloni (cm) | |||
ST. I | ST. II | ST. I | ST. II | ST. I | ST. II | ||
1 | Acrophora digitifera | 8 | 4 | 2,5 | 1,5 | 10 | 5 |
2 | Acrophora loisetteae | 3 | 6 | 3,5 | 5 | 3 | 4 |
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada tanggal 16 Juli 2010 samapai dengan 18 September 2010 yang bertempat di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua Barat
Metodologi dan Analisa Data
Metode yang digunakan adalah pengambilan data langsung kemudian dianalisis.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada tanggal 16 Juli 2010 samapai dengan 18 September 2010 yang bertempat di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua Barat
Metodologi dan Analisa Data
Metode yang digunakan adalah pengambilan data langsung kemudian dianalisis.
Langganan:
Postingan (Atom)